People Come and Go

Lo terkadang suka mikir nggak sih, kenapa seseorang bisa ninggalin Lo?  Bukan cuma ditinggalkan pacar, tapi ditinggalkan teman, ditinggalkan salah satu annggota keluarga, ditinggalkan orang yang lo sayang, siapapun itu. Gue akhir-akhir ini lagi sering banget mikirin hal itu. Kenapa ya, orang-orang tiba-tiba meninggalkan gue? Alasannya apa ya? Apa yang salah dari diri gue? Apa yang kurang dari diri gue? Seburuk itukah gue? Apa karena fisik gue ya? Apa karena attitude gue ya? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang semuanya merujuk ke diri gue sendiri. 

Gue sebagai orang yang sudah mengenal kata 'diitinggalkan' sejak gue kecil, harusnya sudah tidak masalah ya dengan momen ditinggalkan. Fyi, gue ditinggalkan Bapak gue sejak gue kelas 3 SD. Di mana di usia segitu ingatan gue sedang sangat baik. Tapi ingatan gue justru diisi dengan momen ketika gue nangis kejer karena Bapak gue meninggal. Terus terang sih, di usia segitu gue belum paham arti kata 'meninggal' karena ya memang di usia segitu gue belum mengalami masa berduka ditinggal anggota keluarga. Nenek gue meninggal sebelum gue lahir jadi gue nggak tau apa itu 'meninggal'. Padahal rumah gue dekat kuburan. HAHA 

Ternyata ditinggalkan sejak kecil juga nggak bikin gue kebal dengan rasanya ditinggalkan. Gue tetap aja sedih dan menyalahkan diri gue sendiri. Gue hanya bersikap rela ditinggalkan, tetapi dalam hati gue, gue belum ikhlas. Untuk mencapai titik ikhlas itu gue selalu butuh waktu yang lama. Gue mengikhlaskan bapak gue yang ninggalin gue aja baru-baru ini. Dari dulu gue selalu menyalahkan Bapak gue karena beliau yang terlalu cepat meninggalkan gue, gue jadi nggak tahu rasanya di antar sekolah sama Bapak. Dititipkan ke Bapak kos oleh bapaknya ketika harus ngekos. Dan sebagainya. Walaupun ya, sebetulnya kakak laki-laki gue selalu bisa menjadi sosok pengganti Bapak tapi tetap saja rasanya beda.

Semua Orang Yang Hadir Waktu Kebersamaannya Sudah Ditentukan Oleh Takdir

Kalau lo sekarang masih suka menyalahkan diri sendiri ketika lo ditinggalkan atau bahkan menyalahkan orang yang meninggalkan kayak gue ini. Yuk belajar bareng. Belajar memahami bahwa semua orang yang hadir sudah ditentukan oleh takdir, seberapa lama kita bisa bersama dengan mereka. Ini di luar kendali kita. Mau kita sebaik apapun dalam mempertahankan kalau waktu kebersamaannya sudah habis. Ya bakal pergi juga. Ketika satu orang memilih pergi, yang merasa kehilangan kan bukan hanya satu orang. Tapi keduanya. Maka penting sekali untuk memahami bahwa bukan lo yang salah, tapi memang sudah bukan takdirnya aja. Kalau pun kelak orang yang meninggalkan lo balik lagi. Mungkin Tuhan memang sudah mengatur momen di hidup lo yang harus lo jalankan lagi dengan orang itu. Lo pernah baca cerpen atau novel kan? Tau nggak, terkadang beberapa tokoh memang harus dihilangkan oleh penulisnya agar ceritanya bisa lo nikmati dengan baik. Begitu juga dengan kehidupan, beberapa orang harus di jauhkan dari kehidupanmu agar cerita hidupmu dapat terselesaikan dengan baik pula. So, teruslah berprangka baik sama Tuhan, bahwa yang terjadi saat ini memanglah yang terbaik. 

Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri

Nggak sedikit orang yang akhirnya menyalahkan diri sendiri terus-menerus setelah ditinggalkan. Kalau lo sedang dalam posisi ini, gue harap lo segera sadar dan kembali mencintai diir lo sendiri lagi. Gue juga pernah menyalahkan diri sendiri terus menerus setelah ditinggalkan. Tapi bukannya membaik justru semakin memburuk. Gini loh, lo habis ditinggalkan orang lain masa lo juga mau meninggalkan diri lo sendiri juga sih? Lo tega tubuh lo dibiarkan remuk sendirian? Nggak kan? Jangan deh, jangan setega itu sama diri lo sendiri. Cintai, sayangi, ngertiin diri lo sendiri. Itu lebih penting dari apa pun. Biar lo masih bisa tetap waras dalam menjalani hidup. Love yourself! Keep going! Sedih secukupnya, selanjutnya Lo harus kembali berjalan dengan diri lo sendiri. 

Setelah Ditinggalkan Lanjutkan Hidupmu dengan Baik untuk Dirimu Sendiri Bukan untuk Balas Dendam Setelah Ditinggalkan

Pernah dengar kan ya, istilah balas dendam terbaik ialah dengan menjadi lebih baik. Nggak ada salahnya sih kalau lo tipikal orang yang memang menjadikan orang lain sebagai motivasi untuk lo mengubah hidup lo. Tapi kalau versi gue, gue lebih suka menjadi lebih untuk diri gue sendiri. Bukan hanya karena gue ditinggalkan seseorang lalu gue akhirnya menjadi lebih baik hanya sebagai pembuktian atau sebagai ajang 'manas-manasi' biar orang yang meninggalkan kita menyesal udah pernah meninggalkan kita. Gue menjadi lebih baik ya karena hanya dengan menjadi lebih baik gue jadi lebih pede lagi untuk terus melangkah menjalani kehidupan seperti biasanya sebelum ditinggalkan. Menjadikan orang lain alasan untuk menentukan pilihan-pilihan yang baik dalam hidup hanya akan menyengsarakan diri sendiri lagi. Kita jadi terbebani, menjalani proses dengan terpaksa dan tidak menikmatinya. Sedangkan kalau alasannya diri sendiri ternyata prosesnya jauh lebih menyenangkan dan mudah. Gue juga sudah pernah berubah menjadi lebih baik hanya karena seseorang tapi ternyata lebih enak melakukan apa pun demi diri sendiri. Lebih membahagiakan. 

Ditinggalkan memang selalu menyisakan luka. Tapi yang perlu lo sadari, ditinggalkaan atau meninggalkan keduanya sama-sama merasa kehilangan. Walau bagaimanapun kebersamaan bersama seseorang selalu menyisakan kenangan dan memberikan pelajaran. Jangan terlalu membenci atau pun menyalahkan, nyatanya kita di sini hanya sebagai lakon. Pada akhirnya, hal-hal yang tidak diinginkan memang akan selalu terjadi. Sadari bahwa hidup tak sepenuhnya dapat kita atur sendiri. Beberapa hal sudah diatur dengan sangat baik oleh Sang Maha Pengatur Terbaik.  Percayakan dan yakinkan saja bahwa semua yang terjadi itulah yang terbaik. Semoga kedepannya kita lebih beruntung untuk mendapatkan apa yang kita inginkan daripada apa yang tak kita inginkan. 


Comments

Post a Comment

Komentarmu?

Populer

Sebuah Cerita dan Seekor Burung

Tulisan yang di Muat di Tahun 2016

Untuk Seseorang