Sebuah Kisah yang Entah

sumber: Google.com

Bi,
Aku kangen. Kalimat itu ingin sekali aku kirim ke nomor HP-mu. Seandainya kamu sedang mengintipku sekarang, kamu pasti akan tertawa karena aku kesulitan move-on darimu. Berkali-kali aku mencoba megirimimu pesan yang hanya kutulis, kupandangi, kemudian kuhapus lagi. Kutulis lagi, kupandangi lagi, dan kuhapus lagi. Berkali-kali aku melakukan hal seperti itu semenjak kau memutuskanku. Sudah satu minggu sejak aku putus denganmu, tapi aku masih kepikiran dengan segala tentangmu. Padahal barangkali, kau sudah melupakanku sejak malam itu.

Aku tak menyangka aku akan sesulit ini move-on darimu. Padahal, awalnya aku sama sekali tak mencintaimu. Pertemuan pertama dan sekaligus pertemuan terakhir itu ternyata cukup permanen dalam ingatanku. Sulit sekali rasanya untuk melupakan semua itu. padahal hanya setengah hari bersamamu. Tapi aku sesulit ini melupakanmu. Bagaimana denganmu? Pasti mudah sekali ya melupakanku? Iyalah, sudah jelas kau pasti sangat mudah melupakanku, kan aku memang tak seberarti itu di hidupmu.

Kamu tahu nggak, setiap kali hujan aku selalu ingat bagaimana kamu. Bagaimana kamu, pulang kuliah pasti kehujanan. Bagaimana kamu, melakukan perjalanan cukup jauh sendirian. Bagaimana kamu, kelelahan dengan rutinitas itu. Bagaimana kamu, yang punya banyak kesulitan itu tanpa ada yang mampu memahamimu pun mengertikanmu. Dan bagaimana-bagaimana dalam menjalani hidup yang lain. Aku tahu, hidupmu tak semenyedihkan itu. bahkan mungkin lebih menyedihkan hidupku. Tapi aku juga tahu, hidupmu tak semembahagiakan itu. Aku tahu, sebenarnya di dasar hatimu itu kamu ingin menyalahkan Tuhan, mengapa ia menggariskan jalan hidupmu seperti itu. Bahkan dengan jahatnya Tuhan mengirimkanku, wanita yang selalu memberimu kecewa berkali-kali. Barangkali itulah yang ada dalam pikiranmu saat ini.
Jauh di dalam lubuk hatiku, aku ingin menjadi wanita yang paling mampu memahami tentang segala kehidupanmu. Entah itu kebahagianmu ataupun kesedihanmu.

Aku juga tidak tahu, mengapa Tuhan mengirimkan aku kepadamu, jika pada akhirnya aku hanya akan mengecewakanmu seperti ini. Jujur, aku sayang padamu. Apa adanya. Tak menuntut apa-apa. Aku hanya ingin bersamamu lebih lama dari setengah hari itu. aku hanya ingin bertemu denganmu, berkali-kali lagi, setiap hari, setiap pagi, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik, tak akan membuatku jemu menatapmu. Baiklah, kuakui aku memang orang yang mudah bosan, kaujuga tahu itu, tapi setelah menyayangimu aku rasa bosan itu terkalahkan oleh rasa ingin selalu  bersamamu. Terlambat sekali kan aku mengatakan ini? Jelas, karena sekarang kau sudah menyingkirkan aku jauh dari hatimu. Aku tidak tahu, di bagian mana aku membuatmu kecewa. Jujur saja, aku memang terlalu apa adanya mencintaimu. Hingga aku tak tahu apa maumu. Barangkali itulah yang membuatmu kecewa.

Tapi... pernah tidak sih, kamu berpikir tentang bagaimana aku? Tentang bagaimana perasaanku saat aku berbicara sejujurnya dan kau tetap tak percaya. Tentang bagaimana perasaanku ketika aku menjelaskan dan kau malah menyepelekan dengan sengaja tak mau mendengarkan? Padahal harapanku, aku hanya ingin dipercaya dan didengar, oleh orang yang aku sayang. Fix, aku sabar dengan kelakuanmu itu. karena aku tahu, kau pasti jarang membaca. Jarang membaca pikiran wanita, teruatama. Atau kamu mampu membaca tapi sengaja agar aku tak menyukaimu? Entahlah, kamu salah satu persoalan yang sulit kuselesaikan.

Aku hanya ingin menjelaskan beberapa perasaanku padamu yang barangkali kamu tidak tahu karena kamu tidak pernah bertanya tentangku, tidak pernah ingin tahu tentangku, barangkali, lebih tepatnya. Aku menyayangimu. Itu sebenar-benarnya kata yang pernah aku ucapkan padamu. Jika hingga detik ini kamu masih menyangka bahwa aku dengan sengaja mengecewakanmu, dengan sengaja menyakitimu, kamu salah. Aku melakukan semua itu tanpa kusengaja. Sebab aku masih belajar untuk memahami. Berapa lama sih kita kenal? Satu bulan bukan waktu yang lama untuk memahamimu. Aku butuh waktu lebih lama dari itu, sebenarnya. Dan kupikir, bukan hanya aku, kamu juga belum sepenuhnya memahamiku. Iya kan?
Kemudian tentang perasaanku ke mantan. Iya, aku memang baru putus dengan mantanku yang satu itu ketika denganmu. Tapi aku sudah tak memiliki perasaan apa-apa dengannya. Hatiku paham kok, siapa yang harus aku sayangi. Ketika aku sudah bersama orang lain lagi, secara otomatis perasaanku ke mantan sudah kuhilangkan, karena aku sadar lebih berarti orang yang bersamaku saat ini daripada mantan yang ada di masa lalu. Aku tidak tahu, cara menjelaskannya padamu. Karena setiap kali aku menjelaskannya pun, kau tak percaya. Ya, kau tak percaya dan tak mau mendengarkan. Padahal, itu sejujur-jujurnya perasaanku.

Setelah pertemuan itu dan kau memutuskanku. Aku jadi banyak merenung, apa mungkin dari awal kau memang sudah tak menyayangiku? Tapi aku juga merasakan kalau kau menyayangiku. Oke, anggaplah aku ke-PD-an soal itu. Tapi, ketika kau menggenggam tanganku itu, aku tahu barangkali kau memang sesayang itu sama aku. Tapi, setelah kau memutuskanku, aku juga berpikiran lain, barangkali, kau tak pernah sesayang itu sama aku. Oh, shit! Aku lelah sekali menebak-nebak sendiri tentang perasaanmu. Dan aku adalah wanita paling bodoh, yang pernah menyayangimu, ketika semua prasangka bahwa kau pernah menyayangiku itu hanya prasangkaku sendiri. Kamu pasti akan kasihan ya, sama aku. Jika kamu tahu, dan membaca tulisan ini. Iya, aku wanita semenyedihkan itu, Bi. Tapi tak apa, jika kamu memang tak pernah menyayangiku juga tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Sebab aku memberikanmu rasa sayang, ikhlas tidak menuntut balas. Meskipun, pernah juga berharap kau akan membalas sayangku. Aku wanita yang selalu kesulitan jika harus mengutarakan atau mengekspresikan rasa sayang. Dan kamu, laki-laki yang baru percaya, jika rasa sayang itu diekspresikan, melalui pelukan, misalnya. Kamu tahu, ketika pertemuan itu, aku sebenarnya merasakan kangen lebih dalam dari biasanya. Tapi aku sadar, masih ada batas-batas yang belum seharusnya kita lewati. Jelas batas-batas yang kumaksudkan itu menyangkut dosa dan tidak dosa. Menyangkut surga dan neraka. terkadang aku menyesal, karena terlalu tahu banyak hal, aku jadi harus menahan untuk melakukan banyak kesalahan. Tapi terkadang aku bersyukur juga telah mengetahui banyak hal itu. misalnya, aku tahu kalau menatap dan bersentuhan tangan dengan yang bukan muhrim adalah dosa. Maka ketika aku merindukanmu, aku tak sebebas itu untuk melakukannya. Dengan jerih payah, aku menahannya. Karena aku tahu itu tidak baik. Tapi pikiranmu, tidak sejalan dan tidak sepemahaman denganku, ternyata. Kau selalu dengan bebas menatapku dan menyentuh tanganku. Fix, aku gemetar saat itu. takut antara dosa dan juga takut membuatmu kecewa lagi. Tapi, barangkali, mengecewakan manusia lebih baik pangkatnya daripada mengecewakan Tuhan. ya, maaf aku mengecewakanmu, karena aku takut mengecewakan Tuhan. Jika kamu berpikir aku telah terbiasa bersentuhan dengan lelaki, karena seringnya aku berpacaran, kamu salah. Meskipun aku berpacaran sudah beberapa kali, aku tidak pernah disentuh atau digenggam seperti yang kamu lakukan padaku. Pokoknya kamu adalah laki-laki pertama yang melakukan hal-hal itu kepadaku, tahu kan maksudku? Iya, maksudku yang mencium punggung tanganku dan menggenggam tanganku, pertama kali adalah kamu. Jujur aku tidak ikhlas sebenarnya diperlakukan seperti itu olehmu. Kamu adalah lelaki pertama, yang menyentuhku. Kamu adalah lelaki yang tak tahu, cara menghormatiku sebagai wanita yang mencoba menjaga kehormatannya. Bodoh sekali ya, aku. Mencoba menjaga kehormatan tapi masih mau berpacaran. Jelas itu artinya aku memberikan sedikit peluang untuk laki-laki tidak menghormatiku. Aku baru sadar ketika aku menulis ini. Barangkali setan sekarang sedang tertawa karena ia telah berhasil menjerumuskanku.

Pada akhirnya, yang pernah bersama akan terpisahkan juga. Sekeras apapun kita mencoba untuk menyatu. Terima kasih, pernah menyayangiku (jika pernah). Pernah berjuang mendapatkanku. Pernah membuatku tertawa. Pernah membuatku berharap lebih padamu. Pernah menjadi seseorang yang aku semogakan dalam doaku (dan masih kusemogakan). Pernah ada untukku. Pernah mengajakku kerumahmu, meski hanya beberapa saat (Kamu adalah laki-laki pertama yang aku datangi rumahnya). Pernah memperhatikanku. Pernah sabar mengahadpiku meski pada akhirnya kesabaranmu habis karenaku. Pernah mengajarkanku tentang ketegaran. Pernah membuatku menangis dan sampai sekarang aku juga masih suka menangis karenamu. Karena kangenku, padamu. 
Pernah membuatku khawatir dan sampai sekarang masih suka khawatir juga sebenarnya. Jika kau tak mau menerima sayangku tak apa. Selama aku belum menemukan penggantimu, kamu adalah orang yang masih aku sayangi. Apapun itu. Aku sayang kamu. Jika Tuhan merestui, InshaAllah kita akan bersama lagi. Berbahagialah tanpaku, agar aku lebih lega dilepaskan olehmu. Agar aku tak semenyesal ini, berpisah denganmu. Terima kasih sudah memberikan aku rasa sakit karena diputuskan ketika sedang sayang-sayangnya. Tapi, terima kasih juga sudah melepaskanku, setidaknya kita tidak harus menjadi sepasang yang gemar menabung dosa. Hehe. Sebagai wanita biasa, aku juga menginginkan laki-laki yang akan mengajakku ke surga-Nya. Yang mengajakku menabung pahala bukan menabung dosa. Aku menyayangimu tapi aku tak ingin kita saling menyayangi tanpa menghiraukan Sang Pemberi rasa sayang itu. Mengertilah.
.
.
-16Nov17-

Comments

  1. intinya masih ingat dosa. sesayang apapun sama seseorang, namun jgn mengabaikan kepada Yang Maha Sayang. gitu gak sih

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentarmu?

Populer

Sebuah Cerita dan Seekor Burung

Tulisan yang di Muat di Tahun 2016

Untuk Seseorang