Closing 2022

Hari terakhir di tahun 2022. Banyak hal yang terjadi tahun ini. Di hidupku tahun ini tahun paling serakah sih. Mengambil banyak sekali orang-orang dan hal-hal yang kucintai. Orang-orang yang kudoakan agar senantiasa dipanjangkan umurnya, ternyata hanya sampai di tahun ini jatah usianya. Sedih, kecewa, takut, bercampur jadi satu ini. Hingga rasanya tubuh sudah tidak mampu lagi untuk sekedar mengambil dan menghembuskan nafas. Sedikit lebay sii. Tapi memang iya, rasanya lelah sekali dan akhirnya mengubah banyak hal dalam hidupku. Entahlah. 

Diam adalah emas. 
Haha jujur aku nggak ngerti kenapa di tahun ini rasanya aku malas sekali berbincang dengan orang baru. Padahal aku ingat banget, dulu aku selalu excited dengan hal-hal baru tapi sekarang kayaknya semua hal biasa saja. Sejauh ini belum kutemukan hal yang menarik yang membuat rasa excited-ku muncul kembali. Banyak pelajaran yang kuambil. Berbicara banyak ternyata sangat melelahkan. Mungkin karena itu Tuhan hanya menciptakan satu mulut. Agar sebagai manusia kita tidak terlalu lelah karena banyak bicara. Tuhan menciptakan dua telinga, artinya kita harus lebih banyak mendengar bukan? Ya, mendengarkan memang akhir-akhir ini sangat menarik untuk dilakukan. Ya, intinya sih, aku semakin malas untuk ngomong ngalor-ngidul. Hehe

Entah biasa sendiri atau trauma ditinggalkan?
Tahun ini aku sangat menikmati kesendirianku. Mulai dari pergi sendiri. Makan sendiri. Jalan-jalan sendiri. Pokoknya apapun sendiri. Bahkan kadang ngomong sendiri. Hahaha
Nggak ngerti kenapa aku suka banget sendirian. Sudah tidak lagi berminat pergi bergerombol. Dulu sering pergi ramai-ramai. Seru sih. Tapi semakin dewasa malah mikirnya kalau bareng-bareng terus ketika mereka pergi lagi aku sendirian lagi dong. Adaptasi lagi. Duh capek. Selalu bersama tidak mungkin, tapi ditinggal pergi jauh juga nggak ikhlas. Maklum anak bungsu; muak dengan yang namanya ditinggal-tinggal. Hehe 
Nah, tapi yang jadi pertanyaan ini memang karena aku sudah terbiasa (membiasakan) atau karena trauma ditinggalkan? Duh tapi nggak mau sih, apa-apa dijadikan bahan trauma. Jadi, mungkin karena biasa sendirian aja kali ya... Tapi akhir-akhir ini lagi mikir, kayaknya seru kalau punya satu orang yang bisa diajak bareng segalanya jadi teman hidup. Satu aja tapi yang menetap sampai akhir gitu loh. Boleh meninggalkan tapi hanya jika Tuhan yang menjemputnya. Ngerti kan? HAHA

Semakin biasa saja memandang segalanya. 
Kenapa ya, tahun ini aku merasa lebih banyak mengerti dan memahami orang lain? Nggak gampang marah. Nggak mudah tersinggung. Pokoknya enjoy dan tenang aja gitu. Mau orang lain komentar apa tentang hidupku juga aku biasa aja. Normal nggak sih? Soalnya tahun-tahun sebelum ini aku selalu emosi dan kesel kalau ada tukang kritik. Haha. Tapi sekarang malah biasa saja. Kayak, yaudah, itu hak mereka. Itu pandagan mereka tentangku. Ya suka-suka mereka. Sebagi objek yang dikritik ya terima aja. Iya-in aja. Toh benar atau salah pada akhirnya pilihan untuk mengubah atau tidak mengubah sikap kita ada di kita kan? Jadi ya, kalau memang mau berubah lakukan. Kalau nggak ya, biarkan. Duh enteng banget sih hidup dengan perspektif kayak gini. Walaupun kesannya jadi aneh juga 😭 Tapi yaudah lah yaaa. 

Ucapan manis untuk 2022
2022. Terima kasih telah mengantarkan pada hal-hal yang akhirnya mendewasakan. Lewat luka. Lewat duka. Lewat tangis. Lewat stres. Dan banyak lagi. Terima kasih telah membuatku menyadari banyak hal di tahun ini. Terima kasih, sungguh momen morat-marit di tahun ini mengubah banyak di hidupku. Lahir dan batin. Tapi aku sudah tidak ingin mengingat lagi tahun ini. Sudah ya, aku titip segala hal yang tidak mengenakan ini di kamu. Simpan saja semuanya. Aku pamit melangkah 2023. Tanpa membawa apa pun dari 2022. Kecuali pembelajarannya. Bye! Bye!
Happy yew year! 

Comments

Populer

Sebuah Cerita dan Seekor Burung

Tulisan yang di Muat di Tahun 2016

Untuk Seseorang