Perihal Skripsi dan Problematikanya

Hai, lama nggak nulis di blog. Ini adalah tulisan pertama gue di tahun 2019. Beberapa waktu belakangan, gue udah mulai males ngisi blog. Bukan males karena nggak ada ide, tapi males ngetiknya. Seandainya ada laptop yang bisa ngetik sendiri ketika dengerin gue ngomong, mungkin kemalasan ini tidak akan berlanjut sampai sejauh ini. Tapi sampai sekarang belum  gue temukan laptop semacam itu. Hehe.

Alasan gue untuk kembali menulis di blog adalah karena akhir-akhir ini gue mangalami banyak keresahan dan kegelisahan yang gue nggak tahu harus gue curhatin ke siapa. Curhat ke orang-orang terdekat menurut gue bukan sesuatu yang melegakan dan hanya menambah gue down dan semakin nggak keruan. Di saat itulah gue kembali mengenang masa-masa ketika gue masih suka nulis keresahan dan kegelisahan gue di blog, rasanya melegakan dan membuat gue merasa lebih baik. Jadi, tidak ada salahnya kan kalau saat ini gue mencoba buat melakukan kebiasaan lama tersebut.

Sesuai judulnya, saat ini gue dalam proses pengerjaan skripsi alias tugas akhir. Semua mata kuliah wajib yang harus gue tempuh sudah lulus semua, tinggal satu, SKRIPSI! Ya, SKRIPSI! Gue bukan tipikal mahasiswa yang cerdas dan menginginkan sesuatu yang luar biasa, semisal predikat cumlaude. Gue cuma berharap bisa lulus tepat waktu dan bisa mengamalkan ilmu-ilmu yang udah gue dapetin buat orang lain. Bikin skripsi, jelas gue awalnya memilih judul yang biasa-biasa saja, sekalian cari aman aja, yang penting lulus tepat waktu. Tapi judul yang biasa-biasa saja ternyata terlalu pasaran dan tidak menarik. Maka judul yang biasa-biasa saja pun jelas tidak di ACC. Selain karena sudah banyak peneliti yang meneliti, judul tersebut juga membosankan dan sama sekali tidak menarik untuk dibahas. Pada akhirnya, judul skripsi yang di ACC adalah judul yang gue buat dalam waktu lima menit. Judul yang sekian lama sudah kurancang dan kucari-cari dan kupahami teori-teorinya tidak berguna sama sekali.

Setelah ACC judul, gue pun mengerjakan proposal skripsi dan revisi berkali-kali.  Akhir Mei, kemarin gue akhirnya seminar proposal. Di sinilah permasalahan skripsi gue dimulai. Gue mulai males-malesan buat membahas skripsi gue sendiri. Ada banyak hal yang membuat gue males banget buat yang namanya bimbingan lagi pasca seminar proposal. Pertama, dosen pereview ketika gue seminar proposal bukan dosen yang gue harapkan. Tadinya, gue selow aja. Tapi, bidang skripsi gue ini membahas hal yang masih cenderung belum terlalu banyak peneliti yang membahasnya. Gue berharap dosen pereview gue adalah dosen yang benar-benar emang udah dari dulu fokus pada teori-teori penelitian yang gue ambil. Meskipun dosen-dosen tersebut cenderung mendebarkan dan menakutkan. Tapi, sungguh, gue udah siap banget buat dibantai sama dosen-dosen semacam itu. Asalkan satu hal, mereka benar-benar sudah pernah mengajar gue ketika gue kuliah S1 selama 8 semester ini. Setidaknya, mereka pernah mengajar satu kali. Tapi, dosen yang jadi pereview gue, justru dosen dari jenjang S2 yang sebelumnya belum pernah ngajar gue sama sekali. Ya gimana, mahasiswa S1 skripsinya direview oleh dosen S2 yang mana dosen tersebut juga belum pernah ngajar gue selama gue kuliah. Ya, gue syok. Syok banget, banget, banget. Sedih? Banget. Takut? Banget. Hancur harapan gue. Gue udah nggak tahu lagi harus gimana. Pikiran-pikiran gue mulai kacau semenjak selesai seminar proposal. Bahkan semenjak seminar proposal, gue belum lagi menemui dosen pereview dan pembimbing untuk menyerahkan hasil revisian gue dan jelas minta ACC proposal skripsi. Usai seminar proposal, yang gue lakukan adalah cuma merenung, merenung, merenung, dan merenung. Apakah gue bisa mengahadapi ini semua? Kemudian nangis, nangis, nangis dan nangis. :'(

Selain faktor tersebut, faktor kemalasan gue selanjutnya, ialah berasal dari berbagai masalah keluarga yang muncul belakangan. Beberapa waktu yang lalu, Bu Lik meninggal dan ini membuat gue sedih dan ngedown. Iya, Bu Lik ini, Bu Lik yang cukup dekat dengan gue. Makanya kepergiannya menimbulkan efek sedih buat gue. Dan membuat semangat gue perlahan-lahan memudar. Selain itu, desakan dari keluarga yang mengharuskan gue buat wisuda secepatnya juga membuat gue sangat frustasi dan stres. Otak gue terasa tertekan makanya nggak bisa mikir buat melanjutkan skripsi. Sedih banget sih. Gue emang tipikal orang yang nggak bisa dipaksa atau disuruh cepet-cepet. Semakin disuruh cepet-cepet semakin gue nggak bisa mikir dan semakin membuat otak gue terasa mati nggak bisa buat diajak fokus berpikir dan memahami hal-hal yang perlu gue pahami. Hal itu, membuat skripsi gue terbengkalai hingga detik ini :( 

Padahal bulan Juli akhir harusnya gue udah sidang kalau memang mau wisuda bulan September. Tapi gue malah begini. Untungnya, gue punya dosbing yang nggak menuntut gue buat bimbingan semaunya dosbing gue. Gue bimbingan tidak terjadwal, asal gue udah mengerjakan revisian dan siap buat bimbingan, gue bisa langsung menemui dosbing gue. Tapi kalau gue belum siap, ya udah nggak dicari-cari juga. Kan yang butuh gue. Hehe. Beberapa teman gue, ada yang bimbingannya terjadwal dan hanya menerima bimbingan di hari-hari tertentu. Kalau dosbing gue sistem bimbingannya kayak dosen lain, mungkin gue bakal tambah stres dan frustasi. Mungkin otak gue perlu istirahat beberapa saat. Gue nggak bisa buat memaksa otak gue buat mikir terlalu keras karena takut meledak dan malah menimbulkan hal-hal yang tidak gue inginkan. Gue paham betul batas-batas untuk menjaga jiwa gue dan otak gue agar tetap berpikir stabil. Saat ini otak gue sedang ingin beristirahat dan diberi sedikit ruang untuk relaksasi. Gue cuma bisa menurutinya. Meskipun rasanya juga campur aduk. Tapi gue nggak tahu solusinya apaaa. Memaksakan bukan hal baik, tidak memaksakan tidak selesai-selesai. Pada akhirnya, gue cuma bisa berharap semoga Allah meridhoi keputusanku dan selalu memberikan petunjuk-petunjukNya agar gue bisa wisuda bulan September 2019. Aamiin.

Comments

  1. Lah, kok sama. Aku pun males ngetik, maunya laptop bisa ngetik sendiri, hahaha :D Menurutku gpp sih buat break sejenak dari skripsi, biar pikiran fresh lagi dan ide-ide berdatangan. Good luck, ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha mungkin 10-30 tahun ke depan baru ada laptop kayak gitu. Terima kasih, Indi, supportnya :))

      Delete
  2. Pernah baca artikel yang bilang... skripsi tuh hny salah satu syarat lulus. so gak usah idealis banget. karna masih banyak syarat yang lain. Klo mau idealis nunggu dapat sponsor aja katanya

    ReplyDelete
  3. wah ayo nulis lagi mumpung semangat

    ReplyDelete
  4. Kayanya kamu tipe orang yang suka memanfaatkan fitur voice note atau yang melibatkan suara di handphone deh. Kalau saya kebalikannya, malah dengan mengetik, tulisan jadi mengalir gitu aja.

    Proses menulis skripsi emang beda-beda. Begitupun dengan waktu selesainya. Tidak ada salahnya beristirahat sebentar. Saya juga pernah merasakan hal yang sama, terutama keresahan saat sidang akhirnya. Hm, jadi ingin ceritain deh kapan-kapan. Mencari pekerjaan juga tetap akan merasakan resah dan gelisah.

    Btw, semangat ya menyelesaikan kuliahnya. Semua ada waktunya masing-masing :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngga juga sih kak, klo di hp aku lbh suka di ketik. Klo ngetik di laptop soalnya nggak bisa ngetik cpt. Pikiran udh jauh kemana, tulisan msh stay di situ. Sering juga ada bbrp kata yg terlewat. Paling enak sih tulis tangan sbnrnya. Wkwk

      Ayo, ceritain aja, ntar aku yg baca :))

      Iyaa, mksih supportnya ^_^

      Delete
  5. Semoga bisa lulus tepat waktu di Sept 2019 ya mba! Amiiinnnn!! :D

    ReplyDelete
  6. Saya dulu sampe malws bolak balik bimbingan sampe mau putus asa yang namanya skrpsi...ampun dah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga sekarang sedang dlm fase males bimbingan dan putus asa, mas:((

      Delete
  7. makasih kak informasinya...
    mampir ke blog ana juga yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Informasi apa yg anda dapatkan dari postingan ini? πŸ˜‘

      Delete
  8. Tantangan dan godaan skripsi itu memang rasa malas, dan rasa malas itu biasanya menarik kita erat banget ke kasur #pengalaman

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentarmu?

Populer

Sebuah Cerita dan Seekor Burung

Tulisan yang di Muat di Tahun 2016

Untuk Seseorang