Hari Kemarin

Kamu, aku dan dia kala itu berada dalam satu ruangan. Ruangan yang riuh, berisik, gaduh (terkadang). Memang bukan hanya kita bertiga yang berada daalam ruangan tersebut, tapi entah kenapa aku merasa bahwa hanya ada aku, kamu dan dia saja di ruangan itu. Bahkan di suasana yang riuh seperti itu aku merasa begitu hening. Tak ku pungkiri perasaanku saat itu benar-benar tidak sedang baik-baik saja. Selain karena malamnya aku juga telah bertemu dengan dia dengan tatapan hening, hari ini aku juga merasa ada sesuatu yang harus ku sampakan pada kalian berdua. tapi entah, bibirku tak pernah bisa.


Kamu dan dia berada dalam posisi yang sama. Aku merasa sedang menonton film dimana kalian berdua ialah pemeran utamanya. Ya, aku memilih untuk jadi penonton saja, berharap agar rasanya tak membuatku semakin dilema. Namun tetap saja, 3 pasang mata kita selalu saja berbicara lain. Kau menatapku, dia pun begitu. Ah, andai mata-mata ini mampu mengeluarkan kata-kata pasti kita bertiga telah menjadi pemeran utama dalam pertunjukan. Aku sempat berpikir, apakah ini wajar ketika pemain utama justru bertatap mata dengan penontonnya? Ah, seharusnya kamu hanya menatapnya, tak perlu menatapku. Dan juga dia, seharusnya matanya tak perlu mencari mataku agar aku tak perlu bersusah payah, memutar kedua bola mataku ke arah lain. Aku hanya ingin menatap kalian berdua tanpa perlu balas tatap kalian.

Kamu, sudah lama aku tak melihatmu, pun tak ada pesan di handphoneku yang ku terima darimu. Dan dia, dia selalu saja muncul secara tiba-tiba di depanku, lalu tersenyum. Aku merasa waktu seakan-akan menjodohkanku dengan dia, karena hampir setiap waktu aku selalu saja bertemu dengannya. Sedangkan kamu, aku tak begitu yakin mengatakan ini, tapi ku rasa waktu tak merestui kita.

Acara hampir selesai,  sesaat perasaanku lega. Karena aku tak perlu bersusah payah menjawab pertanyaan kalian berdua dengan segera. Sebab kalian sedang sibuk dengan tugas masing-masing. Dia menutup acara dengan do'a dan kamu, kamu kenapa justru malah turun panggung lalu duduk di depanku? Kamu bertingkah seolah-olah tak mengenalku. Kelakuanmu yang satu itu membuat perasaanku sedikit baik namun setelahnya kamu malah membuat perasaanku tak karuan. Ketika aku baru saja bertatap mata dengan dia lalu kamu dengan segera menetapku juga. Ah, jika ada yang harus disalahkan adalah mataku, yang tak peranah bisa menghindar dari tatap mata kalian berdua. Hening. Lalu aku memilih pergi dan berlalu. Aku sedang tak ingin perduli pada rasa siapapun hari kemarin.

Aku, kamu dan dia tersesat di hutan asmara

Comments

  1. mata gue yang siwer atau warna tulisanya yang abu2 sumpah kaga keliatan

    Regards
    Budy | Travelling Addict
    www.travellingaddict.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huahaha. Gue jg baru nyadar klo tulisannya abu2 kek gtu, blog terbengkalai ini sebenarnya, jd malu. XD *tutup muka

      Delete
  2. Nggak direstui waktu. Hmm.

    Btw, tulisannya nggak kelihatan tuh. Mataku perih. Ahaha. Saranku, pake teks warna hitam aja. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Sedang dalam proses perbaikan. HAHA
      Malu gue, blog ga pernah di urus ada yg mengunjungi. segera gue renovasi deh XD

      Delete
  3. Seiring waktu, kamu akan belajar merelakan kok. Dan jodoh sejati yg Tuhan YME persiapkan untuk lu, akan datang di tempat dan waktu yg tepat =)

    ReplyDelete
  4. Gue pikir cuman fiksi, tapi pas baca komen di atas diaminin ternyata...

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentarmu?

Populer

Sebuah Cerita dan Seekor Burung

Tulisan yang di Muat di Tahun 2016

Untuk Seseorang